Berikut ini saya sajikan beberapa contoh asuransi yang sebaiknya diambil jika dana terbatas. (Selain artikel ini, baca juga Miliki Asuransi Berdasarkan Prioritasnya).
Contoh 1: Dana 300 ribu per bulan, belum punya asuransi apa pun.
Sebuah keluarga memiliki penghasilan 3 juta per bulan. Dana yang bisa disisihkan untuk asuransi maksimal 10% yaitu 300 ribu per bulan. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak. Tiap orang di keluarga itu belum memiliki asuransi. Asuransi kesehatan pun belum punya karena sang pencari nafkah bekerja secara mandiri (wiraswasta).
Pertanyaannya, asuransi apakah yang harus diambil oleh keluarga tersebut?
Saran saya, asuransi yang prioritas untuk diambil adalah asuransi jiwa untuk pencari nafkah (orangtua).
Asuransi jiwa berfungsi sebagai pengganti penghasilan jika pencari nafkah tidak bisa bekerja, misalnya karena cacat tetap, penyakit kritis, atau meninggal dunia.
Manfaat asuransi jiwa yang bisa diperoleh dengan premi 300 ribu per bulan, ada dua pilihan:
- Paket proteksi penghasilan lengkap, meliputi uang pertanggungan meninggal 100 sd 500 juta, kecelakaan (ADDB) 100 sd 250 juta, cacat tetap total (TPD) 100 sd 250 juta, penyakit kritis (CI+ atau CI100) 100 sd 250 juta, dan bebas premi.
- Paket warisan saja, yaitu jika ingin maksimal di manfaat meninggal dunia, maka bisa memperoleh UP 300 sd 800 juta.
Mungkin ada yang bertanya, bagaimana kalau di antara anggota keluarga ada yang sakit dan harus dirawat inap?
Jika ingin ditanggung juga untuk asuransi kesehatan sekeluarga, maka pilihannya adalah:
- Mendaftar program JKN BPJS kelas 3 dengan premi per orang 25.500, empat orang berarti 102 ribu per bulan.
- Sisanya 200 ribu per bulan dibelikan asuransi jiwa untuk pencari nafkah. Tapi karena saat ini jarang sekali produk asuransi jiwa yang menyediakan premi bulanan 200 ribu, alternatifnya ambil premi triwulanan 600 ribuan, semesteran 1,2 juta, atau tahunan 2,4 juta.
Mirip dengan contoh 1, kali ini sebuah keluarga memiliki penghasilan 5 juta per bulan. Dana yang bisa disisihkan untuk asuransi maksimal 10% yaitu 500 ribu per bulan. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak. Tiap orang di keluarga itu belum memiliki asuransi. Asuransi kesehatan pun belum punya karena sang pencari nafkah bekerja secara mandiri (wiraswasta).
Pertanyaannya, asuransi apakah yang harus diambil oleh keluarga tersebut?
Pendapat saya:
- Asuransi jiwa untuk pencari nafkah dengan premi 300-400 ribuan per bulan.
- Asuransi kesehatan untuk sekeluarga melalui program JKN BPJS dengan premi 100-170 ribuan per bulan (tergantung kelas yang dipilih).
Manfaat asuransi jiwa yang bisa diperoleh dengan premi 400 ribu per bulan, ada dua pilihan:
- Paket proteksi penghasilan lengkap, meliputi uang pertanggungan meninggal 150 sd 650 juta, kecelakaan (ADDB) 150 sd 350 juta, cacat tetap total (TPD) 150 sd 350 juta, penyakit kritis (CI+ atau CI100) 150 sd 350 juta, dan bebas premi.
- Paket warisan saja, yaitu jika ingin maksimal di manfaat meninggal dunia, maka bisa memperoleh UP 400 juta sd 1,2 miliar.
Asuransi kesehatan bermanfaat jika di antara anggota keluarga ada yang mengalami sakit, terutama sakit yang memerlukan rawat inap di rumah sakit. Asuransi kesehatan harus dianggarkan untuk seluruh anggota keluarga, karena kita tak pernah tahu siapa yang akan mengalami sakit.
Asuransi kesehatan memakai program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari BPJS Kesehatan. Dalam hal ini setidaknya ada dua pilihan:
- Kelas 3, dengan premi 25.500 per orang. Total 4 orang berarti 102 ribu per bulan.
- Kelas 2, dengan premi 42.500 per orang. Total 4 orang berarti 170 ribu per bulan.
Kali ini kita mengambil contoh sebuah keluarga yang memiliki penghasilan 10 juta per bulan. Dana yang bisa disisihkan untuk asuransi maksimal 10% yaitu 1 juta per bulan. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak. Tiap orang di keluarga itu belum memiliki asuransi. Asuransi kesehatan pun belum punya karena sang pencari nafkah bekerja secara mandiri (wiraswasta).
Pertanyaannya, asuransi apakah yang harus diambil oleh keluarga tersebut?
Pendapat saya:
- Asuransi jiwa untuk pencari nafkah, dengan premi 750 ribu per bulan. Jika penghasilan 10 juta itu diperoleh berdua suami-istri, maka preminya bisa dibagi dua, mungkin 400 ribu untuk suami dan 350 ribu untuk istri.
- Asuransi kesehatan melalui program JKN-BPJS, ambil kelas 1 (premi 59.500 per orang x 4, total 238 ribu per bulan).
Manfaat asuransi jiwa yang bisa diperoleh dengan premi 750 ribu per bulan, ada dua pilihan:
- Paket proteksi penghasilan lengkap, meliputi uang pertanggungan meninggal 250 juta sd 1 miliar, kecelakaan (ADDB) 250 sd 500 juta, cacat tetap total (TPD) 250 sd 500 juta, penyakit kritis (CI+ atau CI100) 250 sd 500 juta, dan bebas premi.
- Paket warisan saja, yaitu jika ingin maksimal di manfaat meninggal dunia, maka bisa memperoleh UP 750 juta sd 2 miliar.
Contoh 4: Dana di bawah 1 juta per bulan, sudah punya asuransi kesehatan dari kantor
Berbeda dengan sebelumnya, kali ini sebuah keluarga sudah memiliki asuransi kesehatan dari perusahaan tempat pencari nafkah bekerja. Penghasilan 10 juta per bulan. Dana yang bisa disisihkan untuk asuransi maksimal 10% yaitu 1 juta per bulan. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak.
Pertanyaannya, asuransi apakah yang harus diambil oleh keluarga tersebut?
Pendapat saya: Maksimalkan dana yang ada untuk asuransi jiwa bagi pencari nafkah (ayah saja atau ayah dan ibu).
,
Tanya-Jawab
T: Dari keempat contoh tersebut, mengapa selalu disarankan ambil asuransi jiwa dulu, bukan asuransi kesehatan?
J: Pertama, risiko yang ditanggung dalam asuransi jiwa, yaitu cacat tetap, penyakit kritis, dan meninggal dunia, lebih besar dampak keuangannya daripada risiko yang ditanggung dalam asuransi kesehatan, yaitu rawat inap di rumah sakit. Kedua, seluruh anggota keluarga bergantung secara ekonomi kepada pencari nafkah (misalnya ayah). Selama ayah masih hidup, sehat, dan mampu bekerja normal, ekonomi keluarga akan tetap bisa berjalan. Ketiga, Bicara asuransi jiwa, kita bisa dengan tegas mengatakan: untuk pencari nafkah. Tapi jika mendahulukan asuransi kesehatan, kita akan dihadapkan pada pertanyaan: siapa dulu yang harus diberikan askes? Apakah ayah, ibu, anak pertama, atau anak kedua? Kalau yang diberikan askes itu ayah, bagaimana kalau yang sakit ibu atau anak? Kalau yang diberikan askes itu anak pertama, bagaimana kalau yang sakit anak kedua?
T: Mengapa untuk asuransi kesehatannya selalu disarankan pakai JKN-BPJS, bukan asuransi swasta?
J: Pertama, dana yang ada cukupnya memang untuk BPJS saja. Kedua, kalau pakai askes swasta, premi 300 ribu per bulan hanya cukup untuk askes satu orang, itu pun dengan plan yang rendah (kamar 200 ribu). Pertanyaannya, manfaat askes ini harus diberikan kepada siapa? Ayah, ibu, anak pertama, atau anak kedua? Ketiga, ini juga yang membedakan asuransi Allianz dengan asuransi lain, yaitu kami selalu menyarankan para nasabah untuk mengikuti program JKN dari BPJS Kesehatan.
T: Bagaimana dengan asuransi pendidikan?
J: Dana yang dialokasikan untuk persiapan pendidikan anak mestinya di luar dari dana yang dianggarkan untuk asuransi jiwa dan kesehatan. Jadi, untuk persiapan pendidikan anak, tetap harus menabung atau berinvestasi lagi secara tersendiri. Kalau mau disatukan dengan asuransi boleh juga, alokasinya ditaruh sbg top up/saver. Tapi keinginan untuk mempersiapkan pendidikan anak jangan sampai mengurangi manfaat asuransi jiwa untuk pencari nafkah.
Baca juga: Prinsip dan Tips Persiapan Dana Pendidikan Anak.
T: Bagaimana dengan asuransi rawat jalan dan melahirkan?
J: Rawat jalan dan melahirkan perlu dipersiapkan, tapi sebaiknya tidak lewat asuransi. Biaya rawat jalan tidaklah besar, dan biaya melahirkan pun masih terukur. Dibandingkan rawat inap, penyakit kritis, cacat tetap, atau meninggal dunia, mana yang lebih besar dampak keuangannya? Sementara premi rawat jalan dan melahirkan itu mahal sekali, bahasa kerennya “not worth it“.
Jika anda punya JKN-BPJS, di situ sudah tercakup manfaat rawat jalan dan persalinan. Jika dirasa masih kurang, anda bisa tambah dengan dana darurat. Khusus untuk melahirkan, sebaiknya ditambah pula dengan menabung secara khusus, apalagi keperluan persalinan bukan hanya biaya rumah sakit, tapi juga pakaian bayi, tasyakuran, perawatan ibunya, dll yang semua itu tidak ditanggung asuransi mana pun.
Baca juga: Hal-hal yang Tidak memerlukan asuransi.
T: Tentang contoh 4, keluarga tsb sudah punya askes dari kantor. Kalau mau nambah askes lagi bagaimana?
J: Boleh saja, tapi kalau dananya terbatas (1 juta atau kurang), penuhi dulu kebutuhan asuransi jiwanya.
T: Memangnya berapa kebutuhan asuransi jiwa?
J: Sederhananya, jika pencari nafkah meninggal dunia, uang pertanggungan yang diwariskan harus bisa menggantikan penghasilan yang biasanya dia berikan untuk keluarganya. Minimal untuk biaya hidup sekeluarga dan pendidikan anak-anak sampai mereka mandiri. Atau lebih minimal lagi, cukup jika dijadikan modal usaha untuk melanjutkan kehidupan ekonomi keluarga.
Misalnya, penghasilan 3 juta per bulan, anggaran asuransi 300 ribu per bulan. Untuk usia 30 tahun, standarnya mendapatkan UP 150 juta (ditambah ADDB, TPD, dan CI100 @150 juta). Jika dia meninggal, keluarganya memperoleh uang 150 juta. Uang ini mungkin tidak cukup kalau hanya dihabiskan begitu saja untuk biaya hidup tiap bulan sampai anak mandiri. Tapi kalau dijadikan modal usaha, hasilnya bisa lumayan dan dana pokoknya pun bisa berkembang.
Tapi kalau premi 300 ribu per bulan dimaksimalkan di manfaat meninggal, maka bisa memperoleh UP hingga 800 juta. Uang 800 juta, seandainya didepositokan saja dengan bunga 5% (40 juta per tahun), itu cukup untuk menggantikan penghasilan 3 juta per bulan.
Cuma kalau dimaksimalkan di manfaat meninggal, risiko penyakit kritis dan cacat tetap belum ditanggung.
T: Seberapa penting asuransi yang menanggung risiko cacat tetap (karena sakit ataupun kecelakaan) dan penyakit kritis? Apakah manfaat meninggal saja tidak cukup?
J: Pertama, manfaat meninggal saja akan cukup seandainya seseorang TIDAK MUNGKIN mengalami cacat tetap dan penyakit kritis. Kedua, risiko cacat tetap dan penyakit kritis bisa membuat seseorang tidak bisa bekerja, dan jika tidak bekerja, dia tidak akan memperoleh penghasilan. Jadi, bicara melindungi penghasilan keluarga, mengambil manfaat meninggal saja belum cukup.
T: Tentang risiko penyakit kritis, apakah tidak cukup dengan asuransi kesehatan saja?
J: Pertama, bicara penyakit kritis semacam kanker, jantung, stroke, gagal ginjal, jelas sekali ada kebutuhan biaya yang sangat besar, bisa ratusan juta sd miliaran. Asuransi kesehatan biasa saja tidak mungkin cukup. Kedua, di samping itu ada satu akibat lain yang sering ditimbulkan penyakit kritis, yaitu berkurangnya kemampuan bekerja, atau bahkan tidak bisa bekerja sama sekali, baik untuk sementara ataupun selamanya. Yang dibutuhkan di sini ialah sejumlah uang tunai (UP) untuk menggantikan penghasilan yang hilang karena tidak bisa bekerja.
0 komentar:
Post a Comment