Perempuan mungkin memang lebih dekat dengan industri mode. Selain sebagai makhluk yang menyukai keindahan dan mendambakan kesempurnaan, perempuan cenderung lebih memerhatikan penampilan ketimbang pria pada umumnya.
Persepsi ini pula yang dikemukakan oleh Ayoe Sutomo, Psikolog, pada Princes soal fenomena tren mode dan teknologi sebagai penyebab perempuan boros . Walau tidak semuanya, kecanggihan teknologi serta gaya hidup berdampak langsung terhadap masalah konsumerisme pada perempuan.
“Terdapat banyak faktor penyebab seseorang boros persis yang saya ungkapkan sebelumnya. Cepat bergulirnya tren mode diiringi oleh perkembangan teknologi yang memudahkan individu mampu mengakses dan mendapatkan barang tentunya akan menjadi salah satu faktor penguat kebiasaan boros pada perempuan,” jelasnya.
Contoh paling konkret adalah kecanggihan gadget, penggunaan internet sebagai saluran informasi tercepat, hingga penggunaan sejumlah akun media sosial.
Secara mudah, perempuan mengetahui tren mode terkini dari media sosial lalu mencoba mengikutinya atau minimal terpengaruh sehingga bisa tergoda bersifat boros tanpa disadarinya.
Realita ini diperkuat oleh data yang diungkap Badan Marketing Institue (BMI) Research dalam Online Shopping Outlook 2015. Yoanita Shinta Dewi selaku Head of BMI Research mengatakan, sebagian besar dari konsumen yang belanja online, 8 dari 10 orang ternyata bertransaksi menggunakan gadget atau mobil device .
Nah, seperti yang telah diduga, kaum perempuan menempati persentase terbesar dari konsumen belanja online, yakni sebesar 53 persen dengan demografi usia antara 18 sampai 30 tahun. Namun, fakta ini tidak mutlak menjadikan perempuan sebagai satu-satunya pihak yang rentan pada konsumerisme. Pasalnya, sisa perbedaan tipis persentase sebanyak 3 persen tersebut diduduki oleh kaum pria.
1 komentar:
Nice info. Oiya ngomongin pemborosan, kamu pernah ga sih merasa udah hidup biasa-biasa aja (ga pernah boros), tapi nyatanya duit bulanan selalu habis? Biasanya, itu karena kamu ngeluarin uang buat hal-hal yang sebenernya sepele. Itu ada istilahnya loh, namanya Latte Factor. Mau tau lebih lengkapnya? Cek di sini yuk:
Apa sih Latte Factor itu?
Post a Comment